Panja Penegakan Hukum Komisi III DPR mengunjungi Padepokan Dimas Kanjeng.
Anggota Panja, Adies Kadir mengaku kedatangannya tersebut untuk mengetahui masalah hukum terkait pembunuhan pengikut Dimas Kanjeng Taat Pribadi.
"Kita juga ingin tahu apakah ada penyalahgunaan agama yang terjadi di sana. Dengan sudah dianggap seperti nabi, orang lewat tunduk semua. Rata-rata kita tanya sudah setingkat nabi," kata Adies di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (4/10/2016).
Komisi III DPR, kata Adies, juga ingin mengetahui penggandaan uang yang dilakukan Dimas Kanjeng.
Pasalnya, banyak korban yang melaporkan penipuan tersebut dengan menyetor uang mencapai Rp 200miliar.
"Ternyata di sana bukan hanya muslim tapi Kristen, Hindu," kata Politikus Golkar itu.
Adies juga melihat suasana padepokan Dimas Kanjeng tidak seperti pesantren pada umumnya.
Di sana, orang disuruh mengaji salat tahajud sendiri. Meskipun sulit dipercaya, Adies mengatakan pengikutnya percaya Dimas Kanjeng dapat mengeluarkan uang dari tubuhnya.
Adies menceritakan Panja akhirnya menemui Dimas Kanjeng untuk membuktikan mengenai penggandaan uang tersebut. Namun, Dimas tidak bisa menunjukkannya.
"Alasannya, jin-nya kena gas air mata, jin-nya strees, tidak bisa gunakan ilmunya kalau lagi ramai orang. Tidak konsentrasi," kata Adies.
Panja melihat pernyataan Dimas menunjukkan adanya dugaan unsur penipuan yang harus didalami pihak kepolisian.
Ia mengingatkan masyarakat agar padepokan tersebut tidak dianggap sebagai tempat berguru agama.
"Yang kita dapatkan bisa mengaji, mengaji biasa saja hapal Alquran biasa kenapa berguru ke tempat orang yang diagungkan seperti nabi, tidak menguasai Alquran," imbuhnya.
Mengenai pejabat yang juga ikut menyetor uang, Adies menuturkan Dimas Kanjeng menolak membuka identitas tersebut.
Bahkan, Dimas Kanjeng juga tidak mau membuka aliran dana pejabat.
Dari kunjungan tersebut, Adies mengatakan pihaknya akan menindaklanjuti temuan di Padepokan Dimas Kanjeng dengan memanggil sejumlah pihak.
Termasuk, menelusuri pemberi undangan kepada Dimas Kanjeng untuk datang ke istana.
Sebab, Dimas Kanjeng mengklaim datang ke Istana saat hari kemerdekaan Indonesia, pelantikan Ketua KPK serta perayaan Maulid Nabi.
"Itu disebutlan nama Yudi. Kita ingin Pak Yudi siapa di staf presiden y ang undang. Termasuk foto dengan Jaksa Agung, Panglima TNI, Kapolri, kita harus tanyakan juga kebenarannya," jelas Adies.
Adies juga tidak memungkiri pihaknya akan melibatkan Pusat Pelaporan Analisa Transaksi Keuangan (PPATK). Pasalnya, kasus tersebut menyangkut uang yang besar.
"Di pengakuannya saja ada Rp1,5 triliun yang dia simpan. Dan peredaran melalui bank Rp700-800 miliar. Ini harus ditelusuri," ujarn Adies.
0 comments:
Post a Comment